Rabu, 13 November 2013

pendekatan behavioristik


A. Filosofi

Filosofi pendekatan behavioristik adalah empirisme; bahwa perilaku manusia ditentukan oleh lingkungan, bukan oleh faktor hereditas atau genetik. Ekstrimis behavioristik, Watson, mengemukakan statemennya demikian: “Berilah saya seribu bayi, saya sanggup menciptakan seribu  tipe manusia. Anggapan dasar behavioristik adalah bahwa perilaku merupakan fungsi dari apa yang terjadi sebelumnya.
Pendekatan behavioristik menegaskan bahwa perilaku hanya dapat dijelaskan melalui hal-hal yang dapat diobservasi. Perilaku bukan merupakan proses mental yang  tidak kelihatan. Proses mental seperti berfikir, perasaan, dan motivasi, adalah sesuatu yang tersembunyi dan tidak dapat diobservasi; oleh karena itu teori behavioristik memandangnya sebagai materi yang tidak ilmiah. 

Prinsip-prinsip untuk menjelaskan perilaku menurut teori behavioristik:
1.Perilaku dipengaruhi lingkungan
2.Belajar adalah hubungan antara kejadian-kejadian yang dapat diamati (hubungan S-R) melalui kondisioning
3.Belajar adalah perubahan perilaku
4.Belajar terjadi apabila antara stimulus dan munculnya respon waktunya berdekatan.
5.Ada kesamaan antara proses belajar manusia dan binatang

B. Ko

Pembentukan perilaku (belajar), menurut behavioristik, terjadi melalui pengkondisian. Ada dua jenis pengkondisian. Pengkondisian klasikal: UCS menghasilkan CS. Pengkondisian operan: konsekuensi dari perilaku akan meningkatkan atau menurunkan frekuensi munculnya perilaku tersebut pada waktu-waktu selanjutnya. Dalam belajar atau pengkondisian perilaku, pendekatan behavioristik bertujuan mengubah perilaku bermasalah ke perilaku sesuai harapan. Dalam proses kondisioning, pendekatan behavioristik menggunakan instrumen penguat (reinforcement) dan pelemah (punishment). Penguat terdiri dari penguat positif dan penguat negatif. Pada penguat positif, perilaku yang diharapkan terbentuk karena diikuti oleh stimulus yang menyenangkan. Misal: komentar positif guru (stimulus menyenangkan) akan menyemangati siswa dalam belajar matematika (siswa rajin belajar matematika). Penguat negatif membentuk perilaku yang diharapkan  karena siswa ingin menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Misal: Ibu tidak memberikan uang saku (stimulus tidak menyenangkan) kalau anaknya tidak rajin mengerjakan PR. Untuk mendapatkan uang saku maka anak rajin mengerjakan PR. Atau guru mengatakan:  Adi, kamu tidak boleh bergabung membuat poster  dengan teman-temanmu (stimulus tidak menyenangkan), sebelum kamu menyelesaikan tugas.
Beda antara penguat positif dan negatif: pada penguat positif, siswa berperilaku positif untuk mendapatkan stimulus yang menyenangkan; sedangkan pada penguat  negatif, siswa berperilaku positif untuk menghindari stimulus yang tidak menyenangkan.  Beda antara penguat negatif dan punishment: Penguat negatif adalah untuk mengembangkan perilaku yang diharapkan, sedangkan punishment adalah untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan. Agar penguat bekerja efektif, penguat harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul (prinsip kontingensi).

C. Mempertahankan perilaku yang diharapkan :

1.Melalui penguatan intrinsik. Caranya: sering melibatkan siswa pada kegiatan yang menyenangkan dan memberikan kepuasan dalam kaitannya dengan perilaku positif yang akan dipertahankan.
2.Penguatan intermitten. Seperti disebutkan bahwa perilaku yang diharapkan frekuensinya akan meningkat dengan cepat apabila diberi penguat setiap kali perilaku tersebut muncul. Apabila munculnya perilaku tersebut sudah teratur, maka pemberian penguat dikurangi, yaitu pada kondisi tertentu saja.

D. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan:

1.Extinction. Jangan memberikan penguat apapun terhadap perilaku yang tidak diharapkan
2.Cueing. Menggunakan bahasa isyarat seperti kontak mata, menaikkan alis mata, mendekati meja siswa dan berhenti di sana sampai perilaku yang tak diharapkan berhenti.
3.Punishment. Ada pendapat bahwa hukuman tidak dapat menghentikan perilaku yang tidak diharapkan. Namun demikian kalau guru dapat menggunakan instrumen hukuman secara tepat maka hukuman tetap berguna.

Bentuk hukuman yang efektif:
1.Mencela secara verbal singkat, saat itu juga, tanpa emosi, suara rendah, langsung mendekati siswa
2.Memberi denda
3.memberikan konsekuensi logis
4.Time out, menempatkan siswa pada situasi yang membosankan
5.Mengasingkan siswa ditempat tertentu sampai waktu yang ditentukan

Bentuk hukuman tidak efektif:
1.Hukuman fisik
2.Hukuman psikologis
3.PR berlebihan
4.Skorsing

Penggunaan hukuman yang manusiawi:
1.Informasikan bahwa perilaku tertentu akan mendapat hukuman dan sebutkan bentuk hukumannya
2.Pemberian hukuman diikuti dengan konsekuensi
3.Memberi hukuman secara personal
4.Memberi penjelasan bahwa perilaku yang mendapat hukuman adalah perilaku yang tidak bisa diterima
5.Tegaskan bahwa yang tidak bisa diterima bukanlah siswanya tapi perilakunya
6.Secara bersamaan ajarkan dan berikan penguat terhadap perilaku yang diharapkan

Yang harus dipedomani dalam memberikan hukuman:
1.Menghukum secara hemat, hanya dilakukan apabila sangat perlu
2.Menghukum harus jelas bagi anak; apa alasannya sehingga ia dihukum
3.Hindari menghukum karena ketidakmampuan kognitif anak
4.Memberi cara alternatif bagi anak untuk mendapatkan penguat positif
5.Memberikan penguat terhadap perilaku yang belawanan dengan perilaku yang tidak diharapkan
6.Hindari menghukum ketika dalam kedaan emosi dan marah
7.Menghukum pada awal kemunculan misbehavior daripada misbehavior itu sudah terjadi

Dulu guru memberikan hukuman fisik, sekarang hukuman fisik tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan luka fisik, dan psikis (trauma). Selain itu kenyataan bahwa kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan. Hukuman dapat menimbulkan kecemasan, pemberontakan, rasa tidak aman, amarah, dan bahkan dendam. Bisa juga ngambek, atau malah jadi pahlawan diantara temannya, jadi hukuman sama sekali tidak efektif. Hukuman hanya mengajarkan kepada siswa bagaimana menghindari sesuatu dan bukan bagaimana mengembangkan perilaku yang positif. Bisa terjadi untuk menghindari hukuman membuat siswa bolos sekolah. Anak-anak yang dihukum mengalami kecemasan dan ketakutan serta gejolak emosi yang kuat; akibatnya mereka tidak dapat berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, yang mungkin akan berlangsung lama.


E. Langkah-langkah pendekatan behavioral

1.menentukan masalah (perilaku yang tidak sesuai)—definisikan masalah
2.menentukan tujuan konseling, untuk apa!
3.mempertimbangkan alternatif-alternatif pemecahannya
4.memilih satu altrernatif
5.menentukan jadwal penguatan
6.perjanjian dengan klien akan melakukan alternatif itu dengan sistem penguat
7.pelaksanaan strategi/alternatif yang dipilih tadi
8.evaluasi
8.follow-up.

F. Macam-macam pendekatan behavioral:

1.Applied Behavior Analysis (ABA) (=modifikasi perilaku, terapi perilaku, managemen kontingensi). Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa problem-problem perilaku berasal dari situasi lingkungan masa lalu dan sekarang
Prosedur:
a.Jelaskan perilaku saat ini dan perilaku yang diharapkan secara jelas
b.Kenali dan gunakan satu atau lebih penguat yang efektif
c.Buat rencana perlakuan dengan menggunakan penguat untuk membentuk perilaku yang diharapkan
d.Catat peningkatan frekuensi perilaku yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan
e.Pantau efektivitas perlakuan dengan melihat perubahan perilaku dari waktu ke waktu, jika perlu lakukan modifikasi perlakuan
f.Meminta siswa untuk mempraktekkan perilaku diharapkan yang sudah terbentuk ke berbagai situasi nyata
g.Secara bertahap hentikan perlakuan dengan menggunakan penguatan intermitten.

2.Functional Analysis & Positive Behavioral Support:
a.Ajarkan perilaku yang diharapkan
b.Secara konsisten perkuat perilaku yang diharapkan
c.Ubahlah lingkungan kelas untuk meminimalkan kondisi yang dapat memicu munculnya perilaku yang tidak diharapkan
d.Kembangkan rutinitas harian yang menjamin siswa merasa nyaman dan aman
e.Buka peluang agar siswa memiliki pilihan-pilihan untuk memperoleh hasil yang diinginkan
f.Lakukan adaptasi terhadap kurikulum dan/atau pembelajaran untuk mengoptimalkan kesuksesan akademik siswa

G. Syarat kesuksesan pendekatan behavioristik:

1.Titik berat perlakuan pada hubungan sebab-akibat
2.Fokus pada proses belajar (kondisioning): membentuk dan melemahkan   perilaku
3.Klien berkeinginan berperan secara aktif, dan mau diprogram
4.Konselor menganalisa masalah klien untuk menemukan faktor penyebabnya
5.Ada hubungan baik antara konselor dan klien

Konselor harus melakukan analisis untuk menemukan hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan klien, misal lingkungan sosialnya, kebiasaan-kebiasaannya. Konselor harus bersikap tanggap, dan sikap tanggap ini akan terjadi bila terjadi hubungan baik. Hubungan baik ini merupakan social reinforcement. Oleh karena itu harus dikembangkan terlebih dulu. Kalau social reinforcment ini sudah dirasakan klien, maka biasanya klien bersikap lebih terbuka, dan klien lalu bisa memilih sendiri hal-hal yang dapat dilakukan yang dirasa menguntungkan, sehingga klien aktif merencanakan program behavior modification untuk dirinya.


H. Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan behavioristik:

Kekuatan:
1.Efektif untuk mengarahkan problem perilaku menjadi perilaku yang sesuai dengan harapan.
2.Tepat untuk siswa yang tidak motivated

Kelemahan:
1.Membutuhkan waktu lama
2.Kurang efektif untuk siswa yang kemampuan kognitifnya tidak memadai, sehingga         memerlukan bantuan pendekatan kognitif
3.Pemberian penguat ekstrinsik menyebabkan siswa kurang tertarik pada pelajaran yang tidak ada penguatnya
4.Guru harus menguasai dan mengetahui jenis penguat dan kapan penguat harus diberikan